Enam pria asal Kolombia berhasil ditangkap pada Kamis (10/8/2023), dalam kaitannya dengan pembunuhan calon presiden Ekuador, Fernando Villavicencio sehari sebelumnya di ibu kota, Quito.
Dikutip dari The Associated Press, para tersangka ditangkap saat bersembunyi di sebuah rumah di Quito. Menurut laporan tersebut, petugas berhasil menyita empat senapan, sebuah senapan kaliber 5,56 mm, amunisi, tiga granat, serta sebuah kendaraan dan satu sepeda motor.
Sementara tersangka ketujuh, ialah penembak yang tewas saat adu tembak dengan polisi, Rabu (9/8/2023) yang juga disebut sebagai warga negara Kolombia.
Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata, menggambarkan pembunuhan ini sebagai “kejahatan politik dengan sifat teroris” yang bertujuan untuk merusak pemilihan tanggal 20 Agustus. Laporan polisi tidak menyebutkan apakah warga Kolombia ini merupakan anggota kelompok kriminal.
Namun, Zapata, yang mengonfirmasi penangkapan beberapa orang asing tanpa menyebutkan kewarganegaraan mereka, mengatakan bahwa para tersangka terkait dengan kejahatan terorganisir.
Villavicencio (59) pernah mengatakan bahwa ia telah diancam oleh anggota kartel Sinaloa dari Meksiko, salah satu dari sekian banyak kelompok kejahatan terorganisir internasional yang kini beroperasi di Ekuador. Ia menyatakan bahwa kampanyenya merupakan ancaman bagi kelompok-kelompok semacam itu.
“Rakyat Ekuador menangis, dan Ekuador terluka parah,” ujar Patricio Zuquilanda, penasihat kampanye Villavicencio.
Zuquilanda mengatakan bahwa Villavicencio telah menerima setidaknya tiga ancaman kematian sebelum penembakan itu dan melaporkannya kepada pihak berwenang, yang mengakibatkan satu penangkapan.
Ekuador telah diubah oleh para penyelundup internasional dari pemain kecil dalam bisnis narkoba menjadi pusat regional besar bagi penyelundupan kokain.
Perebutan kekuasaan dan wilayah yang semakin intensif sejak pandemi telah menyebabkan kartel narkoba bertempur di antara mereka sendiri, merekrut geng lokal, dan bahkan merekrut anak-anak. Akibatnya warga Ekuador terguncang oleh kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Polisi nasional negara mencatat sebanyak 3.568 kematian akibat kekerasan terjadi dalam enam bulan pertama tahun ini, jauh lebih banyak daripada 2.042 yang dilaporkan selama periode yang sama pada tahun 2022. Sepanjang tahun 2022, 4.600 kematian akibat kekerasan telah terjadi, dua kali lipat dari total tahun 2021 dan tertinggi dalam sejarah negara.
Bulan lalu, wali kota Manta Agustin Intriago tewas ditembak. Presiden Guillermo Lasso kemudian menyatakan keadaan darurat dan jam malam di tiga provinsi menyusul sejumlah pembunuhan yang terkait dengan kejahatan terorganisir. Omar Menendez, calon wali kota Puerto Lopez juga menjadi korban pembunuhan pada bulan Februari.
Video penembakan Villavicencio tersebar di media sosial menunjukkan Villavicencio yang dikelilingi oleh penjaga, kemudian terlihat masuk ke dalam truk pikap putih sebelum terdengar tembakan, diikuti oleh teriakan dan kekacauan di sekitar truk.
Lasso mengatakan para pembunuh kandidat melemparkan granat ke jalan untuk menutupi pelarian mereka, tetapi granat tersebut tidak meledak. Polisi kemudian menghancurkan granat tersebut dengan ledakan terkendali.
Lasso mengumumkan tiga hari berkabung nasional dan keadaan darurat yang melibatkan penempatan personel militer tambahan di seluruh negeri.
Villavicencio, salah satu dari delapan kandidat yang bertarung dalam pemilihan presiden, adalah kandidat dari Gerakan Bangun Ekuador. Dalam pidato terakhirnya sebelum ia dibunuh, Villavicencio berjanji kepada kerumunanbahwa ia akan melawan korupsi, termasuk di antarapolisi, dan memenjarakan lebih banyak penjahat.
Saksi mata mengatakan Villavicencio (59) ditembak tiga kali. Tersangka juga ditembak dalam baku tembak dengan keamanan dan kemudian tewas karena luka-lukanya.
Sebanyak sembilan orang menderita luka-luka, termasuk seorang calon majelis dan dua petugas polisi akibat insiden itu. Putaran pertama pemilihan presiden dijadwalkan Ekuador berlangsung pada 20 Agustus.