Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada semester dua 2023 diproyeksikan bersinar cerah ditopang kondisi perekonomian nasional yang solid

Ekonomi99 Dilihat

 Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada semester dua 2023 diproyeksikan bersinar cerah ditopang kondisi perekonomian nasional yang solid. Sektor perbankan dan properti jadi pilihan yang tepat untuk berinvestasi.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyebutkan dalam riset Mirae Asset Sekuritas indeks komposit pada semester dua akan relatif bullish dengan target indeks pada level 7.700.

“Faktornya yakni bahwa fundamental Indonesia yang relatif solid didukung oleh inflasi domestik yang relatif lebih rendah dibanding dengan negara maju. Disisi lain kita didukung oleh ketahanan eksternal dan kuat karena kita juga memiliki surplus neraca perdagangan dalam hal ini memberikan pandangan yang kuat bahwa perekonomian kita sangat resilient,” jelas Aji, Rabu (13/6/2023).

Dia menegaskan, sesuai dalam ramalan Mirae Asset Sekuritas dimana sejak Juni indeks sudah terjadi rebound dari batas support dari paralel channel, dan saat ini IHSG terlihat mendaki mengalami penguatan.

Saat IHSG diproyeksikan bertengger pada zona hijau, investor direkomendasikan untuk koleksi saham BBCA dengan target harga 9.200, BBNI 9.175, BMRI 5.250, CPIN 5.625, GGRM 28.800, INCO 6.925, JPFA 1365, JSMR 3.640, MEDC 940, TBIG 2.080, TLKM 4.280, TOWR 1.055.

Terpisah, Head of Research Surya Fajar Sekuritas, Raphon Prima, mengutarakan IHSG sebenarnya sudah dalam posisi hijau dari semester pertama 2023. Indikasinya, saham BBRI yang berhasil cetak all time high.

IHSG Diprediksi Naik di Semester Dua, Koleksi Saham Perbankan dan Properti
Ilustrasi IHSG.

Namun sayangnya kinerja indeks tertekan kinerja GOTO yang menggerogoti IHSG. “Sebenarnya kami targetkan IHSG 7.900 di akhir tahun 2023. Namun mempertimbangkan faktor GOTO, mungkin IHSG sekitar 7.500 pada akhir 2023,” ujar dia.

Lebih lanjut, Raphon merekomendasikan para investor untuk koleksi saham BBRI dengan target harga 6.000 yang menjadi pilihan logis dimana ketidakpastian global masih terasa dan memberi resiko kredit di segmen korporasi.

“BBRI diuntungkan karena fokus di segmen UMKM yang resilien terhadap goncangan global,” imbuhnya.

Adapun emiten selanjutnya yang menjadi rekomendasi yakni SMRA, emiten pengembang properti kenamaan yang memiliki fokus pada properti segmen kelas atas.

Raphon menuturkan, perlambatan ekonomi diperkirakan memukul segmen menengah ke bawah. Namun segmen atas masih kuat untuk menyerap proyek-proyek baru dari SMRA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *