Menurut Rudi S. Kamri, kritik yang disampaikan di ruang publik harus mengedepankan etika dan moral, bukan hanya mengandalkan bidang keilmuan.
Bukan saja karena punya kepandaian, punya keilmuan yang tinggi, tapi moralnya rendah, akhlak dan budi pekertinya tidak ada, dan semua orang bisa dianggap sampah, semua orang bisa dicaci maki dihujat, kami sungguh-sungguh sangat serius.
Oleh karena itu, Rudi menyebut tindakan Rocky Gerung merupakan kritik tidak beradab. Cara-cara yang dilakukan oleh Rocky Gerung ini adalah cara-cara orang yang tidak beradab tidak punya tutur kata.
Lebih lanjut, Rudi mengomentari diksi “bajingan tolol” yang dilontarkan Rocky Gerung saat menyampaikan kritik kepada Presiden Jokowi. Ia menilai hal itu sebagai persoalan serius.
“Dia menggunakan diksi pilihan kata ‘tolol’, ‘bajingan tolol’. Kalau dia menyebutkan bahwa yang dikritik itu adalah lembaga kepresidenan, memang ‘bajingan tolol’ itu bisa melekat pada lembaga nama lembaga? Sejak kapan Anda bisa memisahkan Jokowi dengan Presiden Republik Indonesia? Jadi kalau orang pandai itu meletakkan lisannya itu, meletakkan hati di belakang lidahnya. Kalau orang tolol, orang jahil, meletakkan hati di depan lidahnya. Jadi hati-hati juga ya, hati-hati,” tegas Rudi S. Kamri
Seperti diketahui, Rocky Gerung mendapat sorotan tajam usai melontarkan kritik kepada Presiden Jokowi. Dalam pernyataannya yang beredar di sebuah video yang viral di media sosial, Rocky terang-terangan berkata kasar saat mengkritik Presiden.