Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjawab tudingan banyak kalangan yang menyebut insentif pembelian kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) tidak penting. Padahal menurutnya insentif tersebut merupakan bagian dalam pengembagan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
“Saya suka clarified kalau ada yang datang ke saya dan bilang electric vehicle tidak penting. Electric vehicle itu penting karena kita US$ 35 miliar impor energi per tahun,” kata Luhut dalam video saat hadir di Beijing Genomics Institute (BGI) yang diungah di akun Instagram @luhut.pandjaitan, Sabtu (27/5/2023).
Luhut juga menyayangkan banyak pihak yang hanya melihat satu sisi dari kebijakan kendaraan listrik yang tengah didorong pemerintah Indonesia.
“Kalau kita kurangi (impor, Red) lewat electric vehicle ini, dia bilang karena (EV memakai, Red) baru bara. Batu bara itu sudah ada JETP (just energy transition partnership) untuk upaya retirement coal fire, sambil kita membangun renewable energy. Hydropower, geothermal dan sebagainya, itu satu ekosistem. Kita bicara ekosistem. Jadi saudara-saudara sekalian, jangan hanya lihat sepotong-sepotong. Look at it as an ecosystem,” kata Luhut.
Di kesempatan sebelumnya, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga ikut menanggapi belum signifikannya penjualan mobil listrik di Indonesia, meski pun pemerintah sudah menggulirkan program insentif untuk pembelian mobil listrik.
Menurut Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, masih sepinya minat masyarakat untuk membeli mobil listrik lantaran kendaraan listrik masih tergolong baru di Indonesia. Apalagi saat ini baru ada dua merek yang mendapatkan insentif, yaitu Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air Ev. Kedua mobil tersebut telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan insentif dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40%.