Pada 2023, seluruh dunia dikejutkan oleh serangkaian getaran seismik yang berlangsung lebih dari seminggu tanpa diketahui penyebabnya

INTERNATIONAL47 Dilihat

Pada 2023, seluruh dunia dikejutkan oleh serangkaian getaran seismik yang berlangsung lebih dari seminggu tanpa diketahui penyebabnya. Kini, para ahli geologi telah mengidentifikasi fjord di Greenland sebagai penyebab di balik fenomena seismologi yang misterius tersebut.

Dilansir dari Gizmodo, Sabtu (14/9/2024), peristiwa ini bermula pada 16 September 2023, ketika sebuah tanah longsor besar terjadi di teluk Greenland timur. Meskipun penyebab awalnya jelas, kejadian selanjutnya menjadi sangat aneh. Selama sembilan hari setelah longsor, peralatan seismik mencatat osilasi sekitar 92 detik, cukup lama untuk peristiwa seismik.

Getaran ini terlalu lembut dan lambat untuk dirasakan oleh manusia, tetapi sinyalnya terekam jelas di alat seismik. Para ahli merasa terkejut ketika mendeteksi getaran yang tidak biasa ini menggema di seluruh dunia.

Untuk memecahkan misteri ini, tim besar yang terdiri puluhan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama. Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Science, mereka memberikan penjelasan. Rupanya tanah longsor yang menutupi area hampir 25 kilometer persegi telah memicu tsunami lokal setinggi sekitar 200 meter.

Tsunami ini kemudian menghasilkan gelombang setinggi 7 meter yang bergerak secara periodik dalam fjord atau fenomena seiche. Gelombang ini cukup kuat untuk merambat melalui kerak bumi dan memicu alat seismik.

Meskipun tidak ada korban jiwa dalam tanah longsor atau seiche tersebut, gelombang tersebut sampai merusak peralatan mahal seharga US$ 200.000.

Tim ilmuwan menemukan, penyebabnya adalah seiche. Tim menganalisis citra satelit dan foto area longsor, kemudian menggunakan super komputer untuk mensimulasikan dampak lokal dari tanah longsor, dan menemukan osilasi seiche sesuai dengan sinyal sembilan hari.

“Penelitian ini menunjukkan, banyak hal yang masih belum kita pahami dan temui,” kata Carl Ebeling, seorang insinyur pengembangan di Scripps Institution of Oceanography, UC San Diego, yang juga terlibat dalam studi ini.