Pada akhir Oktober 2024, Uni Eropa (UE) akan membuat keputusan penting terkait tarif impor mobil listrik buatan China. Keputusan ini dianggap sebagai kasus perdagangan terbesar UE terhadap China dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Namun, terdapat perbedaan pendapat antara produsen mobil dan negara-negara UE mengenai apakah harus memberlakukan tarif yang bisa mencapai 36,3% pada kendaraan listrik asal China. Perbedaan pandangan ini yang membuat tarif UE terhadap
produsen mobil China kemungkinan tidak berhasil.
Dilansir dari CNBC internasional, Minggu (15/9/2024), asosiasi perdagangan otomotif Jerman mengungkapkan, tarif tersebut bisa berdampak negatif pada produsen mobil Jerman yang juga memiliki pabrik dan mengambil keuntungan besar di pasar China. Jerman sendiri menikmati surplus perdagangan otomotif yang cukup besar dengan China. Di sisi lain, produsen mobil dari Italia dan Prancis hampir tidak terdengar di pasar China.
Beberapa produsen mobil Eropa juga juga khawatir akan tindakan balasan dari China yang bisa merugikan bisnis mereka, terutama terkait rantai pasokan kendaraan listrik.
China telah mengekspor mobil ke berbagai negara di seluruh dunia. Pemerintah China dituding memberikan subsidi yang besar untuk produsen mobil listrik, sehingga harga jual mobil buatan China menjadi lebih murah dan merusak persaingan.
Menurut Felipe Muñoz, analis senior di JATO Dynamics, produsen mobil China mampu memproduksi mobil dengan biaya sekitar US$ 5.500, sedangkan biaya produksi mobil di Eropa mendekati US$ 20.000.
“Keunggulan biaya yang besar ini sebagian berasal dari subsidi pemerintah. Namun, ini juga karena skala ekonomi yang lebih besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan fakta bahwa, khusus dalam hal mobil listrik, China telah mengamankan rantai pasokan baterai mereka, berbeda dengan negara lain di dunia,” kata Muñoz.