Raja real estat Srettha Thavisin terpilih menjadi perdana menteri Thailand pada Selasa (22/8/2023), setelah ia memenangkan dukungan parlemen. Kondisi ini membuka jalan untuk memulai pemerintahan koalisi baru dan mengakhiri ketidakpastian dan kebuntuan politik selama berminggu-minggu.
Srettha Thavisin (61), dari Partai Pheu Thai, mendapatkan dukungan lebih dari setengah anggota parlemen. Ia terpilih di hari yang sama ketika tokoh miliarder dan pendiri Partai Pheu Thai Thaksin Shinawatra kembali ke Thailand setelah berada di pengasingan menghindari hukuman selama 15 tahun.
“Satu-satunya musuh saya adalah kemiskinan dan ketidaksetaraan. Tujuan saya adalah untuk meningkatkan kehidupan semua warga Thailand,” ujar Shretta Thavisin.
Pemungutan suara pada hari Selasa berhasil dilakukan dengan dukungan dari anggota parlemen pro-militer yang telah memblokir partai pemenang pemilu Move Forward untuk membentuk pemerintahan.
Pihak konservatif melihat Srettha Thavisin dan Partai Pheu Thai, yang menempati posisi kedua dalam pemilu, lebih cocok. Partai tersebut telah membuat perjanjian dengan musuh lamanya, yang kini merupakan partai pro-militer, untuk membentuk pemerintahan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara.
Ketika Shretta Thavisin, seorang pengusaha ramah yang tidak memiliki pengalaman administratif ini diumumkan sebagai calon perdana menteri Pheu Thai, partai tersebut memfokuskan pada ketajaman bisnisnya dan, lebih jauh lagi, kemampuannya dalam mengelola perekonomian yang sedang mengalami pemulihan tentatif dari pandemi Covid-19.
Shretta Thavisin berasal dari sebuah keluarga dengan koneksi mendalam di kalangan elite bisnis. Ia memulai kariernya di Procter & Gamble cabang Thailand setelah mendapat gelar ekonomi dan manajemen di Amerika Serikat.
Pada tahun 1990, bersama beberapa sepupunya, ia mendirikan perusahaan yang kemudian menjadi pengembang properti Sansiri, yang akhirnya mengembangkannya menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Thailand.
Pada tahun 2022, Sansiri yang terdaftar di Bangkok membukukan pendapatan sebesar 34,9 miliar baht (US$ 1,01 miliar) dan laba bersih 4,2 miliar baht. Saham pengembang tersebut naik lebih dari 8 persen di Bangkok pada hari Selasa, menuju sesi terbaiknya dalam hampir tujuh bulan.
Fan Liverpool
Shretta Thavisin dikenal sebagai penggemar setia klub sepak bola Inggris Liverpool. Ia banyak menghiasi akun media sosialnya dengan foto-foto anjing peliharannya. Srettha Thavisin menjadi calon pemimpin Thailand yang memiliki tubuh tinggi, dengan 1,92 meter.
Transisinya dari bisnis ke kantor perdana menteri hampir mirip seperti Thaksin Shinawatra, yang juga berasal dari kalangan bisnis dengan usaha di bidang telekomunikasi.
Sejumlah analis menilai, Srettha Thavisin sebagai orang baru dalam politik memiliki manfaat tetapi juga kemungkinan juga kerugian.Raja real estat Srettha Thavisin terpilih menjadi perdana menteri
Seorang kolega partai dan dua rekan bisnis menggambarkan Srettha Thavisin sebagai pria yang jujur, yang tidak akan takut untuk mengungkapkan pikirannya.
“Dia belum benar-benar beradaptasi menjadi politikus. Begitu banyak politisi yang merasa tidak nyaman berada di dekatnya, mereka takut tidak dapat mengontrol atau mempengaruhinya,” jelas seorang rekannya.
Meskipun ia mungkin tidak terbebani oleh kewajiban politik, pada saat yang sama ia tidak memiliki basis dukungan politik baik di dalam partai maupun masyarakat luas.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana Srettha Thavisin bisa menjadi dirinya sendiri, terutama dengan sosok Thaksin yang kini kembali dari pengasingan dan, sampai batas tertentu, kembali ke panggung politik.
“Srettha Thavisin adalah orang luar politik,” kata Titipol Phakdeewanich, dekan fakultas ilmu politik di Universitas Ubon Ratchathani.
“Hubungan dan pengalaman bisnisnya mungkin membantu gaya manajemennya dan meningkatkan kebijakan ekonomi, namun ada pertanyaan apakah dia benar-benar independen dari Thaksin.”