Rata-rata pinjaman dari fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) legal terus meningkat, sementara kredit macetnya juga ikut meningkat, tetapi masih di level yang sehat.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa rata-rata pinjaman dari segmen perseorangan meningkat menjadi Rp 2,58 juta per rekening dengan tingkat wanprestasi 90 hari (TWP 90) mencapai 3,78% atau senilai Rp 1,73 triliun. Meskipun demikian, OJK menyatakan bahwa TWP 90 saat ini masih berada di bawah ambang batas 5%.
Dibandingkan Desember 2022, rata-rata pinjaman sebesar Rp 2,27 juta per rekening aktif, diikuti juga dengan TWP 90 sebesar 2,67% atau senilai Rp 1,19 triliun. Sementara jumlah outstanding pinjaman naik dari Rp 44,76 triliun untuk 19,71 juta rekening aktif di akhir 2022 menjadi Rp 45,77 triliun untuk 17,68 juta rekening peminjam.
Sebagai perbandingan, rata-rata pinjaman online segmen ritel per Januari 2021 hanya sebesar Rp 759.740 per orang dengan TWP 90 sebesar 1,83%. Ini berarti pinjol naik tiga kali lipat lebih sejak awal 2021 hingga Mei 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono menyampaikan, secara industri keseluruhan, TWP 90 yang juga mencerminkan rasio gagal bayar berada di posisi 3,36%.
Dia menerangkan, TWP 90 sempat menembus level 8,88% pada Agustus 2020 atau di awal masa pandemi Covid-19. Tapi, seiring berjalannya waktu, TWP 90 itu menurun di kisaran 2,8% sampai 3,3%. “Saat ini TWP 3,36%, kami anggap itu cukup baik karena masih di bawah 5% yang kita jadikan threshold,” kata Ogi dalam konferensi pers, baru-baru ini.
Berdasarkan definisi OJK, TWP 90 merupakan ukuran tingkat wanprestasi atau kelalaian penyelesaian kewajiban (kredit macet) yang ada pada perjanjian pinjaman di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK Aman Santosa menerangkan, tingginya pertumbuhan pinjaman dari pinjol menunjukkan masih tingginya kebutuhan masyarakat dan pelaku UMKM akan akses keuangan yang lebih mudah dan cepat dibandingkan melalui perbankan atau perusahaan pembiayaan.
“OJK juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai instrumen komunikasi untuk memanfaatkan pinjaman online ini secara bijak, seperti untuk kebutuhan yang produktif dan bukan untuk kepentingan konsumtif,” ungkap Aman melalui siaran pers.
Sebagai pelaku usaha, Director Indodana Jerry Anson mengatakan, perusahaan berkomitmen membuka akses inklusi keuangan melalui pemberian fasilitas pinjaman, baik untuk transaksi maupun berbelanja. Namun, di saat yang sama, Indodana juga berupaya meningkatkan literasi keuangan. Upaya tersebut ditujukan agar borrowers bijak dalam bertransaksi.”Kalau konsumen itu bijak bertransaksi, bijak dalam berbelanja, itu bagus untuk kita juga atau dalam bentuk TWP 90-nya sehat, dari sisi risiko terjaga, kita juga nggak asal approve, kita melakukan approval secara bijak,” ujar Jerry di Jakarta Fair Kemayoran, Jakarta, akhir pekan lalu.