Seorang pilot Selandia Baru yang sudah setahun disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua tampak kurus dan tak terurus. Hal ini diketahui, saat ia mengirimkan pesan kepada keluarganya.
Philip Mehrtens, yang diculik pada Februari 2023 setelah mendaratkan pesawatnya di daerah terpencil Nduga, Papua, mengatakan kepada istri dan putranya bahwa dia menyayangi mereka. Dia mengaku berusaha untuk tetap bersikap positif.
Dia ditahan oleh Tentara Nasional Pembebasan (TNP) Papua Barat, sebuah kelompok pemberontak yang berulang kali mengancam akan mengeksekusinya kecuali, provinsi tersebut diberi kemerdekaan dari Indonesia.
Dalam sebuah video yang direkam pada 22 Desember 2023, tetapi baru dirilis pada Selasa (13/2/2024) lalu, pria berusia 38 tahun itu mengaku dia diperlakukan dengan baik, meski wajahnya kurus, rambutnya memanjang, dan janggutnya tidak terawat.
Mehrtens tertawa kecil ketika ia memperkenalkan diri. Ia menjelaskan bahwa rekaman tersebut diambil oleh komandan KKB, yang diperkirakan adalah Egianus Kogoya, pemimpin KKB di Nduga yang membakar pesawat dan menculiknya tahun lalu.
“Saya baik-baik saja. Mereka memperlakukan saya dengan baik. Saya mencoba untuk tetap positif. Saya berharap Anda dan Jacob sehat dan baik-baik saja serta mendapatkan dukungan. Nanti saat kita bertemu lagi, Komandan bilang kita bisa mencoba menelepon melalui WiFi,” demikian pesan Mehrtens.
“Aku sangat mencintai kalian berdua, sangat merindukan kalian berdua, dan berharap dapat segera berbicara dengan kalian,” pungkasnya.
Dalam sebuah video yang diunggah ke media sosial pekan lalu, pria berusia 38 tahun itu sempat memohon kepada Pemerintah Selandia Baru untuk mengirimkan satu atau dua obat hisap (inhaler) jika dia terkena serangan asma.
“Jika memungkinkan, bisakah saya dapat membaca e-book seperti Kindle dengan buku berbahasa Inggris sebanyak-banyaknya, itu akan sangat dihargai,” pintanya.
Militer Indonesia telah menyapu wilayah pegunungan Nduga untuk mencari Mehrtens setelah pesawat bermesin tunggal miliknya diserbu oleh KKB. Ia mendarat di Bandara Paro untuk mengevakuasi petugas kesehatan yang diancam kelompok tersebut.
Enam tentara Indonesia tewas dalam baku tembak dengan separatis ketika mereka diserang saat mencari warga Selandia Baru tersebut.