Suasana haru masih menyelimuti rombongan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Suasana haru masih menyelimuti rombongan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Daerah89 Dilihat

Suasana haru masih menyelimuti rombongan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), Kota Malang, pascatragedi tenggelamnya lima anggota rombongan di Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dari lima orang korban, dua korban selamat setelah ditemukan, yakni ketua panitia wisata M Ruspandi (24) dan seorang mahasiswi kedokteran Universitas De Valladolid Spanyol, Ana Brieva Ramirez (23). Keduanya ditemukan setelah terseret ganasnya ombak dan terombang-ambing di Pantai Selatan, sejak Sabtu (8/7/2023) pukul 08.00 WIB.

Ruspandi, salah seorang korban selamat, mengaku dirinya bertahan hidup di tengah laut Pantai Kondang Merak, Kecamatan Bantur, setelah sebelumnya menemukan kayu besar di tengah laut. Dia tergulung ombak besar sejauh sekitar 0,5 kilometer dari lokasi awal kejadian di Pantai Jembatan Panjang Tanjung Sirap.

Mahasiswa UB jurusan Ilmu Administrasi Publik tersebut menjelaskan bagaimana petaka itu terjadi. Awalnya, dia bersama rombongan mahasiswa kedokteran UB dan beberapa mahasiswa asing dari Spanyol dan Swiss bersama-sama menikmati suasana malam di pinggir pantai, sambil bersenda gurau hingga dini hari.

Namun, keesokan harinya, Sabtu (8/7/2023) pukul 08.00 WIB, dua mahasiswi asing Ana Brieva Ramirez asal Spanyol dan Jana Olivia asal Swiss berselancar. Pada saat mereka menikmati surfing, tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret Ana dan Jana.

Mengetahui temannya terseret ombak, pemandu wisata Bayu dan Made Putra langsung terjun ke laut berupaya menolong kedua korban tanpa menggunakan pelampung. Namun, setelah ditunggu Bayu dan Made Putra tidak kunjung kembali ke tepi pantai.

Ruspandi mengakui saat itu dirinya dan teman-temannya merasa cemas. Hingga akhirnya dia menggunakan pelampung, nekat berenang mencari empat temannya yang terseret ombak.

“Saya memberanikan diri mencebur ke laut saat ombak besar untuk mencari dua mahasiswi asing, Bayu, dan Made,yang saat itu tidak segera kembali ke tepi pantai. Saat itu, saya tidak berpikir risikonya. Di pikiran saya hanya ingin menolong teman-teman,” ungkap Ruspandi, kepada wartawan, di Kecamatan Bantur, Minggu (9/7/2023).

Dia mengaku berenang sekuat tenaga ke tengah laut, walaupun ombak juga menggulungnya. Sampai di tengah laut dia sempat bertemu Bayu dalam kondisi lemas dan masih hidup.

Ruspandi juga meminta Bayu untuk kembali menepi. Namun, permintaannya tidak dihiraukan Bayu, hingga keduanya terpisah terseret ombak.

Selang beberapa waktu, keduanya bertemu lagi tetapi Bayu dalam kondisi sudah tak sadarkan diri.”Bayu sempat saya pegang tali sudah dalam kondisinya ngorok dan mulut mengeluarkan busa. Karena kuatnya ombak, Bayu terlepas,dan saya terseret jauh sampai ada tumpukan sampah dan kayu besar. Kemudian saya memeluk kayu dengan kuat dan hanya bisa berdoa dan pasrah antara hidup dan mati, sampai akhirnya saya ditemukan petugas,” jelasnya.

Dalam keadaan mengapung, dia melihat jasad seorang perempuan berbaju hitam. Bahkan, dia sempat memegang kakinya.

“Saya tahu itu perempuan dan meninggal dunia. Saya sempat pegang kakinya, kemudian saya lepaskan karena arus air begitu kuat, dan saat itu juga, tidak mungkin saya membawa tubuh,” ucap dia.

Menurut Kasatpolairud AKP Totok Suprapto, Ruspandi sendiri berhasil ditemukan Sabtu (8/7/2023) pukul 17.30 WIB dalam keadaan mengapung dalam jarak 0,586 kilometer atau sekitar 0,5 mil dari titik tempat kejadian perkara. Dia menyebut Ruspandi ditemukan mengapung selama sembilan jam.

“Korban ditemukan sekitar sembilan jam lebih sejak kejadian,” kata Totok.

Hingga saat ini, Tim SAR Gabungan masih mencari tiga korban yang belum ditemukan di antaranya Jana Olivia asal Swiss, dan pemandu wisata Bayu dan Made Putra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *