Jokowi mengatakan bahwa kerja sama dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) atau Jalur Sutera yang digagas Pemerintah Tiongkok tidak boleh dipolitisasi

Jokowi mengatakan bahwa kerja sama dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) atau Jalur Sutera yang digagas Pemerintah Tiongkok tidak boleh dipolitisasi

Nasional427 Dilihat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa kerja sama dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) atau Jalur Sutera yang digagas Pemerintah Tiongkok tidak boleh dipolitisasi untuk kepentingan pihak tertentu.

“Di tengah situasi dunia yang semakin terbelah, kerja sama BRI tidak boleh dipolitisasi,” kata Jokowi saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 Belt Road Forum (BRF) di Great Hall of The People, Beijing, Tiongkok, Rabu (18/10/2023) .

Dalam sambutannya, dia juga menyampaikan ucapan selamat bagi inisiatif tersebut yang telah berlangsung selama satu dekade. Presiden menyampaikan sambutan dalam acara yang didahului dengan sambutan dari Presiden Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, kemudian setelah Presiden Jokowi tampil juga Presiden Argentina Alberto Fernandez, Perdana Menteri Ethiopia dan terakhir sambutan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.

“Saya berharap sinergi BRI dalam pembangunan infrastruktur dapat terus diperkuat,” kata Jokowi.

Presiden juga mengatakan royek BRI harus berlandaskan prinsip kemitraan yang setara dan saling menguntungkan serta dilengkapi dengan perencanaan yang matang.

“Sistem pendanaan yang transparan, penyerapan tenaga kerja lokal dan pemanfaatan produk-produk dalam negeri,” tambah Presiden.

Presiden Jokowi juga berharap keberlanjutan proyek BRI harus dipastikan untuk jangka panjang dan memperkokoh pondasi ekonomi negara.

“Bukan justru mempersulit kondisi fiskalnya,” ungkap Presiden.

Dia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki proyek nasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang kemudian disinergikan dengan BRI dan telah diluncurkan.

“Ke depan, kami juga akan menyinergikan pembangunan ibu kota baru (IKN), transisi energi, dan hilirisasi industri,” katanya.

Tidak ketinggalan Presiden Jokowi juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Tiongkok dan Presiden Xi Jinping atas kontribusinya bagi negara-negara berkembang melalui BRI.

“Pepatah Tiongkok mengatakan ‘yu gong yi shan‘, kegigihan akan mewujudkan keajaiban. Mari berjuang gigih bersama memajukan pembangunan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat,” tutup Presiden.

Jokowi menghadiri pembukaan KTT ke-3 BRF bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara/Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-interim Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Sekretraris Kabinet Pramono Anung, dan Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun.

BRI diperkenalkan Presiden Xi pada 2013 dengan nama “One Belt, One Road” (OBOR). Dengan inisiatif itu, Xi ingin menghidupkan kembali kejayaan Jalur Sutera (Silk Road) pada abad ke-21 dengan melibatkan investasi dan pembangunan infrastruktur besar-besaran di 152 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) kemudian didirikan untuk menghimpun pendanaan bagi proyek-proyek infrastruktur BRI.

Tiongkok memiliki saham terbesar di AIIB (26%), sedangkan Indonesia menjadi negara penyetor modal terbesar ke-8 sebesar US$ 672 juta dolar AS (sekitar Rp 10,23 triliun) yang dibayarkan bertahap selama lima tahun.

Proyek-proyek infrastruktur di Indonesia yang mendapatkan pendanaan dari AIIB antara lain proyek energi, manajemen air, pertanian, dan transportasi berbasis rel, seperti LRT (light rail transit) dan kereta cepat (high-speed railway).

Setidaknya 147 negara telah menekan kesepakatan dalam program BRI, termasuk dalam pembangunan KCJB di Indonesia, kereta Tiongkok-Laos, kereta ekspres Tiongkok-Eropa, dan kereta Mombasa-Nairobi.