Dokter spesialis kejiwaan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr Kusuma Minayati, menjelaskan depresi adalah salah satu gangguan psikiatris yang mungkin dialami oleh anak-anak yang sedang menjalani pengobatan kanker.
“Gangguan psikiatris pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk, dengan depresi menjadi yang paling umum. Selain itu, ada juga masalah yang berkaitan dengan perkembangan saraf, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pada mental dan autisme,” kata Kusuma, seperti yang dikutip dari Antara, Sabtu (26/10/2024).
Ia menambahkan, mendiagnosis depresi pada anak yang menerima pengobatan kanker tidaklah mudah, karena gejala seperti perubahan konsentrasi, pola tidur, nafsu makan, dan penurunan energi juga bisa disebabkan oleh kondisi medis yang dialami.
Depresi pada anak dapat memengaruhi kualitas hidup dan kepatuhan mereka terhadap pengobatan yang harus dijalani.
Selain depresi, gangguan psikiatris lain yang dapat muncul pada anak dengan kanker adalah kecemasan, terutama kecemasan anticipatory, yang muncul sebelum suatu peristiwa terjadi.
“Kecemasan anticipatory sering muncul dan bisa diatasi melalui intervensi perilaku, edukasi, atau obat-obatan, tergantung pada tingkat keparahan gejalanya,” jelasnya.
Kusuma juga menyoroti kondisi psikiatris lain, yaitu delirium, yang ditandai dengan perubahan kesadaran akibat kondisi medis yang mendasari. Gejala yang mungkin timbul meliputi gangguan tidur dan iritabilitas.
Menurutnya, hal ini memerlukan pengenalan dan penanganan yang tepat, dengan menggunakan alat diagnosis dan intervensi untuk mengelola gejala, sebagai bagian dari perawatan medis agar ada perbaikan.
Gangguan psikiatris dapat muncul setelah diagnosis kanker. Dalam hal ini, anak mungkin merasa stres dan cemas karena harus rutin ke rumah sakit dan bertemu dokter. Kecemasan juga dapat timbul akibat perubahan kebiasaan, seperti sering izin dari sekolah dan perubahan perilaku saudara kandung serta orang tua.
“Ketika anak membutuhkan perawatan intensif, orang tua terkadang mengabaikan perhatian kepada saudara kandung, yang dapat menimbulkan masalah perilaku dan distres pada anak yang sedang berobat kanker,” kata Kusuma.
Selain itu, proses kemoterapi, pembedahan, dan radiasi dapat memengaruhi keterampilan hidup anak. Anak yang masih dalam fase tumbuh kembang mungkin merasa tertinggal, yang bisa menyebabkan stres.
Oleh karena itu, kedekatan antara orang tua dan anak sangat penting untuk memberikan pemahaman dan kenyamanan yang sesuai dengan usia anak, serta komunikasi yang baik agar anak dapat memahami situasinya.
“Anak sering kali sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kita bisa menggunakan teknik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka, seperti bermain, dan menunjukkan gambar untuk menjelaskan rasa sakit yang mereka alami,” pungkasnya.