Israel terus mengembangkan sistem pertahanan mereka dengan memaksimalkan teknologi laser. Nantinya laser berdaya tinggi diharapkan mampu menembak jatuh rudal yang masuk wilayah mereka.
Dikutip CNN, Sabtu (2/11/2024) teknologi laser yang dinamakan Iron Beam itu beroperasi dalam waktu satu tahun ini. Tidak main-main untuk menggunakan teknologi pertahanan itu Israel telah menghabiskan dana sebesar US$ 500 juta atau setara Rp 7,7 triliun.
Teknologi tersebut diketahui merupakan buatan Rafael Advanced Defense Systems. Nama perusahaan itu tidak asi ng lagi karena merupakan kreator dari Iron Dome.
Iron Beam ini nantinya bisa diharapkan mampu melindungi masyarakat Israel dari serangan rudal, drone, roket, dan mortir. Teknologi ini juga merupakan respons dari serangan rudal balistik Iran yang terjadi beberapa waktu lalu
"Ini menandakan awal dari era baru dalam peperangan," kata Eyal Zamir, direktur jenderal kementerian pertahanan, dalam sebuah pernyataan minggu ini. "Kemampuan awal dari sistem laser berbasis darat diperkirakan akan masuk layanan operasional dalam waktu satu tahun," sambungnya.
Israel pertama kali memperkenalkan prototipe Iron Beam pada tahun 2021 dan sejak itu terus bekerja untuk mengoperasikannya. Berbeda dengan Iron Dome, Iron Beam menggunakan laser berdaya tinggi yang ditempatkan di darat.
Dengan jangkauan ratusan meter hingga beberapa kilometer, laser memanaskan cangkang target di area-area rentan, termasuk mesinnya atau hulu ledak, hingga proyektil tersebut runtuh.
Ini berbeda dengan cara tradisional Israel dalam menghancurkan rudal dan roket, di mana radar digunakan untuk mengidentifikasi ancaman yang masuk dan kemudian rudal intercept diluncurkan untuk menghancurkan proyektil di udara.
Dibandingkan dengan Iron Dome, perisai laser akan lebih murah, lebih cepat, dan lebih efektif. Belum lagi dari segi biaya, Iron Dome jauh lebih ekonomis ketimbang Iron Dome.
Diketahui, setiap kali bekerja Iron Dome diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 50.000 atau setara Rp 775,9 juta. Jika terus-terusan digunakan otomatis Israel akan semakin kesulitan dari sisi keuangan.
“Ekonomi jelas menjadi masalah besar,” kata Sascha Bruchmann, seorang peneliti tamu untuk analisis pertahanan dan militer di International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London kepada CNN. “Anda tidak akan merusak anggaran pertahanan,” jelasnya lagi.
Sayangnya menurut analisa CNN, sistem laser tidak akan berfungsi dengan baik dalam cuaca mendung, hujan, atau kabut. Belum lagi kemampuan laser untuk melewati atmosfer dan mencapai target kurang mumpuni. Selain itu sistem ini juga akan memerlukan banyak daya untuk menjalankannya.