Produsen otomotif Jepang, Nissan, mengalami kerugian pada kuartal terakhir karena penjualannya anjlok serta meningkatnya biaya dan stok. Kondisi ini mendorong Nissan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 9.000 pekerja.
Dilansir dari AP, Kamis (7/11/2024), CEO Nissan Makoto Uchida mengungkapkan, dirinya menerima pemotongan gaji sebesar 50% sebagai bentuk pertanggungjawaban atas performa buruk perusahaan. Ia juga berjanji akan ada perubahan dalam waktu dekat.
Nissan akan mengurangi tenaga kerjanya secara global sebanyak 9.000 orang, atau sekitar 6% dari total 133.000 karyawan, serta mengurangi kapasitas produksi global sebesar 20%. Uchida tidak menyebutkan area atau perincian wilayah yang akan terdampak pemangkasan tersebut.
Untuk periode Juli-September 2024, Nissan mengalami kerugian 9,3 miliar yen (US$ 60 juta), berbalik dari keuntungan 190,7 miliar yen yang diperoleh pada periode yang sama pada tahun lalu.
Pendapatan kuartalan menurun menjadi 2,9 triliun yen (US$ 19 miliar) dari sebelumnya 3,1 triliun yen.
Uchida mengakui, Nissan gagal beradaptasi dengan cepat atau fleksibel terhadap perubahan global, termasuk selera konsumen dan kenaikan biaya bahan baku.
"Saya sangat serius menyikapi situasi ini. Nissan akan merombak bisnisnya agar menjadi lebih efisien dan tangguh," janji Uchida.
Penjualan model Nissan merosot di Amerika Serikat, salah satu pasar otomotif paling menguntungkan yang kini didominasi oleh Ford, Toyota, dan Tesla.