Indeks harga saham gabungan (IHSG) menghadapi ujian berat menjelang akhir 2024 karena sentimen negatif domestik maupun global. Namun, para analis optimistis peluang kebangkitan IHSG tetap terbuka pada 2025.
Adapun indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (19/12/2024) ditutup melemah 130 poin atau 1,84% hingga menjadi 6.977.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana memperkirakan, IHSG akan berada pada rentang 7.150-7.240 pada akhir tahun 2024. Hal tersebut dipengaruhi kebijakan domestik, seperti kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%, yang akan membebani daya beli masyarakat.
Dari sisi global, langkah Federal Reserve (The Fed) yang lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga pada tahun depan menahan aliran dana asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Net sell asing pada saham-saham big caps, seperti BBRI (Bank Rakyat Indonesia), BMRI (Bank Mandiri), dan BBCA (Bank Central Asia) terus berlanjut. Tren ini mencerminkan rendahnya kepercayaan investor asing terhadap pasar domestik," jelas Hendra.
Ia menambahkan, tanpa mitigasi berupa insentif fiskal atau langkah-langkah yang mendorong daya beli, tekanan IHSG jelang akhir tahun dapat berlanjut hingga awal 2025.
Head Online Trading BCA Sekuritas Ahmad Yaki memproyeksikan, IHSG akan mampu pulih pada akhir tahun 2024 ke kisaran 7.300-7.350, dengan support di level 6.800–6.870 sebagai titik pantul. "Jika ada rebound, IHSG dapat kembali bergerak ke atas level 7.100, didukung aksi beli domestik," tambahnya.
Meski tantangan besar membayangi IHSG akhir tahun, peluang kebangkitan indeks pada 2025 tetap terbuka. Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer, optimistis IHSG mampu mencapai 7.374 atau bahkan 7.475.