Sebanyak 193 jurnalis Palestina tewas akibat serangan brutal militer Israel di Gaza sejak Zionis melancarkan genosida pada Oktober 2023. Korban terbaru adalah Eman Al-Shanti (38), penyiar stasiun radio Suara Al-Aqsa.
Eman Al-Shanti meninggal dunia pada Rabu (11/12/2024), bersama suami dan tiga anaknya, dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah bangunan tempat tinggal mereka di kawasan Sheikh Radwan di utara Kota Gaza.
Kantor berita Pemerintah Gaza mengutuk Israel yang menargetkan pembunuhan terhadap jurnalis Palestina. Masyarakat internasional dan pihak-pihak yang terlibat dalam jurnalisme global didesak menuntut pertanggungjawaban Israel di pengadilan internasional atas kejahatan-kejahatannya yang terus mereka lakukan di Gaza.
“Kami mendesak agar tekanan diberikan untuk menghentikan genosida dan pembunuhan jurnalis Palestina oleh Israel,” bunyi pernyataan kantor berita Gaza seperti dikutip dari Quds News Network, Sabtu (14/12/2024).
Serangan genosida dilancarkan Israel di Gaza dianggap sebagai yang paling mematikan bagi jurnalis dan pekerja media di dunia dalam 30 tahun terakhir.
Kritikus menuduh Israel sengaja melarang wartawan asing memasuki Gaza agar mereka bisa menargetkan jurnalis Palestina dan mengaburkan kebenaran tentang kejahatan yang mereka lakukan di Gaza.
“Secara sengaja menargetkan jurnalis adalah kejahatan perang menurut hukum internasional. Serangan ini harus diselidiki secara independen dan pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Direktur Program Committee to Protect Journalists (CPJ) Carlos Martinez de la.
Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) menyebutkan 2024 sebagai tahun yang sangat berdarah karena banyak jurnalis tewas dibunuh, dan mayoritas terjadi di Gaza, Palestina.
Menurut laporan tahunan IFJ, sejak 1 Januari hingga 10 Desember 2024, sebanyak 104 jurnalis tewas di seluruh dunia, dengan lebih dari setengahnya berada di Gaza.
Sekitar 75% dari jurnalis yang tewas di dunia pada 2023, terbunuh antara 7 Oktober hingga akhir tahun 2023.
Sekretaris Jenderal IFJ Anthony Bellanger mengatakan, 2024 sebagai tahun terburuk bagi para profesional media. Ia mengutuk pembantaian yang terjadi di Palestina.
Palestina kini menjadi salah satu tempat paling berbahaya dalam sejarah jurnalisme modern, setelah Irak, Filipina, dan Meksiko.