Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah mulai berdampak terhadap industri perhotelan dan restoran di Kota Solo. Sekitar 40% kegiatan meetings, incentives, conferences, and exhibitions (MICE) di hotel-hotel Solo mengalami pembatalan.
Juru Bicara Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia. (PHRI) Solo Wening Damayanti mengungkapkan, keputusan pemerintah memotong anggaran belanja negara telah menyebabkan pembatalan acara pemerintah secara besar-besaran di berbagai hotel.
"Setelah keputusan presiden pada waktu itu turun, di hari yang sama pun sudah ada penurunan okupansi dan penurunan revenue sampai 50%. Cancel business itu banyak sekali di hari pertama sejak dikeluarkannya keputusan itu," ungkap Wening, Rabu (12/2/2025).
Dampak dari kebijakan efisiensi anggaran ini tidak hanya dirasakan di Solo, tetapi juga meluas ke seluruh provinsi Jawa Tengah. Rata-rata pembatalan terjadi pada segmen MICE, yang merupakan sumber pendapatan utama bagi banyak hotel.
"Hotel-hotel bintang empat dan lima dalam satu hari bisa ratusan juta cancel business-nya. Sampai sekarang pun masih terjadi cancel business dari hotel-hotel yang memang market-nya government," tandasnya.
Berdasarkan survei tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) Solo 2024, terdapat 164 hotel di Solo dengan sekitar 7.700 kamar. Jumlah tersebut mencakup tiga hotel bintang lima dengan 543 kamar, 11 hotel bintang empat dengan 1.614 kamar, 19 hotel bintang tiga dengan 1.529 kamar, 22 hotel bintang dua dengan 1.681 kamar, dan enam hotel bintang satu dengan 189 kamar.
PHRI Solo berharap pemerintah dapat mengkaji ulang kebijakan efisiensi anggaran ini untuk mencegah dampak lebih lanjut pada industri perhotelan. Apabila tidak ada perubahan, pelaku usaha perhotelan terpaksa melakukan efisiensi internal yang bisa berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.
"Kami berharap keputusan ini bisa dikaji ulang atau setidaknya dilonggarkan. Apabila tidak, efisiensi di hotel-hotel akan berujung pada pengurangan karyawan," kata Wening.
Dampak dari kebijakan ini menurutnya juga tidak hanya dirasakan oleh karyawan hotel, tetapi juga oleh vendor dan UMKM yang bekerja sama dengan hotel, seperti pemasok bahan makanan, buah-buahan, dan kebutuhan food and beverage (F&B).