Notification

×

Iklan

Iklan

banner 728x90

Indeks Berita

Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa ketahanan pangan nasional saat ini dalam kondisi yang stabil

Senin, 17 Februari 2025 | Februari 17, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-16T20:02:02Z


 Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa ketahanan pangan nasional saat ini dalam kondisi yang stabil. Hal ini berbeda dengan Filipina, yang baru saja mengumumkan situasi darurat akibat permasalahan pangan.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan Moch Arief Cahyono mengatakan, produksi pangan Indonesia terus mengalami perkembangan positif. Kondisi ini bertolak belakang dengan sejumlah negara yang menghadapi krisis pangan.

"Filipina baru-baru ini resmi menetapkan status darurat ketahanan pangan karena lonjakan harga beras yang sulit dikendalikan," ujar Arief dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu (16/2/2025).Ia menjelaskan, langkah tersebut diambil pemerintah Filipina untuk menekan kenaikan harga yang semakin membebani masyarakat di tengah tantangan ekonomi dan ketergantungan pada impor.

Menanggapi situasi tersebut, Arief mengimbau semua pihak di Indonesia agar tetap waspada.

"Kami turut prihatin dengan kondisi di Filipina, meskipun hal ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Sejak lama, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah memperingatkan adanya potensi krisis pangan global. Oleh karena itu, berbagai program strategis telah kami siapkan untuk mengantisipasinya," katanya.

Menurut Kementan, ketahanan pangan di Indonesia tetap kuat, seiring dengan perkiraan meningkatnya produksi padi dalam negeri.

"Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada awal 2025 diprediksi mengalami peningkatan signifikan," tambah Arief.

BPS mencatat bahwa potensi produksi beras Indonesia pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton. Jumlah ini mengalami lonjakan sebesar 52,32 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024, yang hanya sebesar 5,69 juta ton.

Peningkatan produksi ini sejalan dengan perkiraan luas panen padi yang mencapai 2,83 juta hektare, naik sekitar 970,33 ribu hektare atau 52,08 persen dibandingkan luas panen Januari-Maret 2024 yang hanya 1,86 juta hektare.

"Melihat peningkatan ini, pasokan beras dalam negeri mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," jelas Arief.

Ia juga menambahkan, bahwa peningkatan produksi beras turut berdampak pada stabilitas harga. Berdasarkan data BPS, harga rata-rata beras di penggilingan pada Januari 2025 berada di angka Rp 12.796 per kg, turun 4,30 persen dibandingkan Januari 2024.

"Biasanya harga beras cenderung naik di awal tahun, namun kali ini lebih stabil berkat peningkatan produksi," tuturnya.

Untuk memastikan ketahanan pangan tetap terjaga, Kementan meminta Perum Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan gabah petani.

"Dengan meningkatnya produksi padi di hulu, Bulog memiliki peran penting dalam menyerap gabah petani. Kami yakin Bulog dapat menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga stok beras nasional tetap aman," ungkap Arief.

Sebagai bagian dari upaya penyerapan gabah, pemerintah telah mengalokasikan tambahan anggaran sebesar Rp 16,6 triliun bagi Bulog. Dana tersebut ditargetkan untuk menyerap setara 3 juta ton beras hingga April 2025.

Selain itu, Kementan juga memfasilitasi kesepakatan antara Bulog dan industri penggilingan padi guna menyerap sekitar 2,1 juta ton beras dari petani.

"Jika seluruh pihak berkomitmen, kami optimistis stok beras nasional tahun ini akan tetap terjaga," pungkasnya dalam merespons darurat ketahanan pangan di Filipina.

×
Berita Terbaru Update