Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu (9/2/2025), memuji usulan Presiden Donald Trump agar Amerika Serikat (AS) mengambil kendali atas Gaza dan merelokasi penduduknya. Netanyahu menyebut gagasan ini sebagai revolusioner setelah kembali dari kunjungannya ke Washington.
Usulan Trump untuk Gaza ini memicu kecaman internasional. Usulan itu tercetus selama kunjungan Netanyahu ke AS. Trump menyatakan, AS harus mengambil alih Jalur Gaza dan mengusir penduduknya.
Usulan ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai negara, termasuk sekutu internasional AS dan negara-negara Arab.Sekembalinya ke Israel, dalam pertemuan kabinet, Netanyahu menegaskan bahwa kedua negara telah sepakat pada tujuan perang yang telah ditetapkan Israel sejak awal konflik dengan Hamas. Salah satu tujuan utama adalah memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
"Presiden Trump datang dengan visi yang sangat berbeda dan jauh lebih baik bagi Israel. Pendekatan yang revolusioner dan kreatif yang sedang kita bahas saat ini," kata Netanyahu mengenai usulan Trump untuk Gaza.
"Dia sangat bertekad untuk melaksanakannya dan saya yakin ini membuka banyak kemungkinan bagi kita," tambahnya.
Meski menghadapi kritik keras, Trump tetap mempertahankan rencananya. Pada Kamis (6/2/2025), ia kembali menegaskan bahwa Jalur Gaza akan diserahkan kepada Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran berakhir.
"Tentara AS tidak akan dibutuhkan! Stabilitas kawasan akan terwujud!!!" tulis Trump dalam unggahan di media sosialnya.
"Kunjungan ini dan diskusi yang kami lakukan dengan Presiden Trump membawa pencapaian luar biasa yang dapat menjamin keamanan Israel selama beberapa generasi," ujar Netanyahu.
Situasi ini terus berkembang dan menuai reaksi dari komunitas internasional. Sementara Netanyahu mendukung usulan Trump untuk Gaza, dunia masih mempertanyakan dampaknya terhadap stabilitas kawasan dan nasib warga Palestina.