Bulan Ramadan selalu menghadirkan beragam kuliner khas yang menggoda selera, terutama di pasar takjil. Salah satu menu unik yang menarik perhatian di Dusun Wanasari, Denpasar adalah martabak Madura yang beromzet jutaan rupiah.
Berbeda dari martabak pada umumnya, martabak Madura menggunakan campuran sayuran seperti bihun dan wortel, serta dilengkapi petis khas Madura yang memberikan cita rasa autentik. Kehadiran kuliner ini langsung mencuri perhatian para pemburu takjil di Denpasar.
Ibu Tri, warga asal Surabaya yang kini tinggal di Bali, mengaku penasaran saat melihat Martabak Madura dijual di pasar takjil.
"Kalau pulang ke Surabaya, saya pasti beli. Namun di Bali, ini pertama kalinya saya menemukannya. Susah cari yang jual di sini," ujar Ibu Tri yang datang berburu takjil bersama putrinya kepada wartawan, Jumat ( 14/3/2025).
Antusiasme serupa juga dirasakan oleh Mezza, seorang pembeli yang baru pertama kali mencicipi Martabak Madura.
"Saya penasaran karena ini khas Madura, dan petisnya benar-benar enak!" katanya dengan penuh semangat.
Tingginya rasa penasaran masyarakat membuat antrean pembeli cukup panjang. Banyak yang ingin mencicipi rasa otentik dari Martabak Madura yang jarang ditemukan di Bali.
Tak hanya menarik perhatian para pembeli, kehadiran Martabak Madura juga membawa berkah bagi sang penjual, Ibu Li khususnya di Ramadan. Ia mengungkapkan, dalam sehari, ia bisa meraup omzet hingga Rp 2,5 juta hanya dalam waktu tiga jam berdagang.
"Martabak Madura ini berisi bihun, wortel, telur, dan petis khas yang langsung kami datangkan dari Madura. Alhamdulillah, sehari bisa dapat omzet Rp 2,5 juta," kata Ibu Lia.
Bagi pelanggan yang ingin mencobanya, Martabak Madura ini dibanderol dengan harga terjangkau, hanya Rp 8.000 per porsi. Bagi penyuka makanan pedas, petisnya sudah dicampur dengan cabai, dan pelanggan juga bisa meminta tambahan cabai sesuai selera.
Dengan rasa khas dan harga terjangkau, tak heran jika Martabak Madura menjadi primadona baru di pasar takjil Denpasar saat Ramadan. Jika berkunjung ke sana, jangan lupa mencicipinya